Monday 29 February 2016

,

[Surat Cinta #30] Dear Bang Ravi

 
Dear Bang Ravi,
malaikat tanpa sayap yang dikirim Tuhan untuku.


Apa kabar, Bang? Ah, sepertinya tak perlu kutanya kabarmu. Karena aku tahu pasti, kau baik-baik saja di sana. Di tempat terindah bersama orang-orang yang kusayang.

Aku merindukanmu, Bang. Bukan sekedar kerinduan di bibir yang sekadarnya terucap saat kita berjauhan. Tapi juga kerinduan jauh di sudut hatiku. Ketidakhadiranmu di sampingku membuat hari-hari kembali sepi. Jauh lebih sepi melebihi waktu sebelum kau datang di hidupku.

Kita memang sering berpisah, jarak dan waktu. Untuk mengejar mimpimu di negeri seberang. Berhubungan hanya lewat alat canggih yang manusia ciptakan. Bahkan pertemuan kita pun bisa dihitung dengan jari.

Masih ingatkah Abang dengan pertemuan-pertemuan itu?

Jangan tanya denganku, aku masih ingat semua kenangan itu bang. Pertemuan pertama kita yang canggung. Mengingat itu membuatku malu sendiri. Tapi tak bisa kupungkiri dari sanalah aku mulai mengenal kata Abang. Hal yang bertahun-tahun lalu kumimpikan.

Namun pada pertemuan pertama itu juga kita harus langsung berpisah. Hari itu, hari keberangkatanmu ke Jepang untuk mengejar mimpimu belajar di negeri idolamu lahir. Masih terekam jelas dalam memoriku, penyesalan yang tergurat di wajah sendumu.

Waktu bergulir menghadirkan pertemuan yang menyenangkan, walaupun kita jarang hanya berdua. Tetapi kamu mampu membuatku merasakan kasih sayang seorang kakak. Lalu perpisahan itu harus tetap terjadi, kamu kembali ke negeri sakura karena liburanmu telah usai.

Namun perpisahan ini terasa sangat berbeda. Tak seperti perpisahan yang sudah-sudah di bandara Soekarno-Hatta. Tak ada perjumpaan yang mengawali perpisahan kita. Semua terjadi tiba-tiba dan mengejutkan.

Perpisahan itu, bukan lagi jarak dan waktu, tapi sesuatu yang tak lagi bisa dipertemukan.

Bang, apakah kau sudah bertemu Bunda di tempat barumu? Aku titip salam untuk Bunda ya. Sudah dua puluh tahun, sejak aku lahir, belum pernah aku bertemu langsung dengannya. Hanya lewat foto yang diperlihatkan Ayah padaku ketika aku merindukannya.

Salam juga untuk Ayah, beliau menyusul Abang empat hari setelah abang pergi. Itu tanda bukti sayang Ayah pada Abang, meski kalian tak sedarah. Aku jadi iri dengan Abang bisa bertemu dengan dua orang yang kusayang.

Tapi aku tidak akan pergi sekarang, bukan karena tak menyayangi Abang, Ayah juga Bunda. Tetapi karena ada Mama Ety, Bunda kandung Bang Ravi yang harus kujaga.

Tahukah Abang, betapa sayangnya Mama padaku? Sepertinya melebihi perhatian beliau pada Abang. Jangan iri ya, Bang.

Bang Ravi, sudah dulu ya. Mama sudah berulang kali memanggilku. Kue yang beliau buat mungkin sudah siap untuk aku cicipi. Sekarang Mama sedang rajin mencoba resep baru, Bang. Benar kata abang dulu, kue mama memang kue terlezat yang pernah aku cicipi.

Bang Ravi, I will always miss you...

Salam cinta,
dari Sasa, gadis beruntung yang pernah memiliki kakak seperti Abang.
Share:

14 comments:

  1. sekilas kayak dear bang Napi hehehe.

    nice story mba.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ravi, Napi. Agak mirip, hehehe.
      Thanks Bang...

      Delete
  2. Semoga surat terakhir dapat tersampaikan :)

    ReplyDelete
  3. good :)

    btw. follback blogku ya :)http://rara-syarifah.blogspot.co.id/

    ReplyDelete
  4. Semoga bang Ravi baca ini ya, sampai ketemu lagi di project 30 Hari Menulis Surat Cinta tahun depan. Ikavuje pamit ya. thank youu.



    -Ikavuje

    ReplyDelete
  5. Wah akhirnya kelar juga, keren udah nulis sebulan poscinta nya. Ketemuan pas kopdar dong!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nggak sebulan full uni, ada yg bolong2 :)
      Maauuu.... Kapan ada kopdar uni?

      Delete
  6. Ini surat nya kisah nyata Mbak? Sedih juga bacanya...Bang Ravinya meninggal Mbak? Salam kenal...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai, salam kenal. Terima kasih udah mampir :)
      Bukan kok, ini fiksi mbak...

      Delete
  7. Bang Ravi tentu bahagia nih punya adik seperti Sasa.
    Tapi aku koq bingung ya itu Bunda dan Mama gimana ceritanya hihihii...kepooooo

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bunda itu ibu kandungnya Sasa, kalau Mama ini ibunya Bang Ravi, mbak :)

      Delete