“Apa kamu percaya cinta pada pandangan pertama, Rania?” aku tertegun. Pertanyaan macam apa ini? Apa aku tak salah dengar? Dito bicara tentang cinta?
Aku mengangguk, memperhatikan Dito yang masih serius dengan buku di tangannya. "Kamu baca buku apa, Dit? Apa itu tentang cinta?” selidikku. Tak ada jawaban, Dito sudah sibuk menelusuri kata demi kata pada novel itu.
Novel? Bukankah itu novel tentang cowok yang menyukai sahabatnya sejak pertama mereka bertemu?
Ekor mataku masih mengikuti gerak-geriknya. "Sejak kapan kamu suka dengan novel?” tanyanya.
Sejak aku mengenalmu, dua tahun lalu.
Saat kami sama-sama masuk ke SMA ini, rasanya ini baru pertama kali Dito melahap novel dengan antusias. Makanannya setiap hari adalah buku non fiksi, ensiklopedia, sejarah, dan motivasi. Aku menatapnya heran.
Mungkinkah kamu jatuh cinta?
“Kalau ada yang mengatakan aku suka sama kamu dari pandangan pertama, apa kamu mau menerimanya?” sejenak berpikir. Apa ini tanda untukku, Dit? Cepat-cepat aku mengangguk.
“Oke. Thanks, Ra.” Dito bergegas menuju meja di depanku. Seorang gadis sedang duduk di sana, sahabatnya sejak SMP.
pandangan pertama hmm.. bagus juga.
ReplyDeletebilangin tuh sama dito
ReplyDeletekalo buku novel itu buat dibaca bukan buat dilahap
emg g ada makanan lain apa untuk dilahap?